Sabtu, 31 Maret 2012

DAMPAK MODERNISASI DAN GLOBALISASI DAN PERAN ISLAM DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA.



DAMPAK MODERNISASI DAN GLOBALISASI DAN PERAN ISLAM DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA.
A. Kondisi Indonesia saat ini
            Indonesia di mata dunia masih sangat kurang berkembang. Walaupun dunia pendidikan Indonesia sudah ada perubahan. Seperti alat-alat sekolah yang semakin beraneka ragam kecanggihannya. Lalu, adanya pertukaran pelajar antar daerah ataupun antar negara selain di bidang pendidikan, perubahan juga terjadi pada bidang politik. Dahulu, Presiden dipilih oleh anggota DPR, tapi sekarang Presiden dipilih langsung oleh rakyat. Modernisasi dan globalisasi membawa pengaruh juga pada manusianya. Seperti cara berpakaian yang ke barat-baratan, lalu gaya hidup Indonesia yang serba wah, serta terang-terangan dalam melakukan free sex yang mengakibatkan cepat menularnya virus HIV/ AIDS.

B. Dampak Modernisasi dan Globalisasi di Indonesia
Modernisasi adalah perubahan yang menunjukkan dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang modern. Sedangkan globalisasi adalah adanya peningkatan kualitas, baik pada diri manusia atau kondisi yang sekarang ini. Dari adanya modernisasi, maka mengakibatkan dampak-dampak yang secara positif maupun negatif.
Karena masyarakat kota yang bersifat terbuka akan modernisasi dan globalisasi, maka kemajuan di dunia pendidikanpun dapat kita rasakan. Karena di desa masih sedikit akan adanya sekolahan. Maka orang desa, urban ke kota untuk bisa merasakan pendidikan yang dikira cukup dan berstandart.




C. Pendidikan Islam Indonesia dan Tantangan Globalisasi
            Pembicaraan tentang tantangan agama perguruan tinggi, pesantren, dan madrasah di era globalisasi harus dilihat dalam konteks pendidikan Islam, dan bahkan pendidikan nasional secara keseluruhan. Baik dalam perjalalan sejarah maupun dinamika pendidikan Islam kontemporer, tantangan-tantangan nasional dan global yang dihadapi pendidikan Islam semakin kompleks. Tantangan yang dihadapi pendidikan Islam seperti juga pendidikan nasional tidak sekadar mentransmisikan berbagai pelajaran kepada peserta didik, tetapi tak kurang pentingnya mengembangkan pendidikan Islam yang lebih berkualitas bagi anak-anak bangsa, sehingga mereka dapat memiliki keunggulan kompetitif di era Globalisasi kini dan mendatang.
            Tantangan-tantangan dan masalah-masalah internal pendidikan Islam pascamodernisasi dan tantangan globalisasi pada hari  ini dan masa depan, secara umum adalah sebagai berikut:
Pertama, jenis pendidikan yang dipilih dan dilaksanakan. Dengan terjadinya perubahan-perubahan kebijakan dan politik pendidikan sejak 1970-an dan peluang-peluang baru seperti diisyaratkan dalam paradigma baru pendidikan nasional.  Kini lembaga-lembaga pendidikan Islam memiliki peluang dan sekaligus tantangan berkenaan  dengan jenis pendidikan yang dapat dipilih dan diselenggarakan.
            Kedua, persoalan identitas diri lembaga pendidikan Islam tertentu. Pada satu segi, pengakuan atas dan penyetaraan pendidikan terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam telah membuka berbagai peluang bagi penyelenggaraan berbagai jenis pendidikan Islam. Tetapi pengambilan pilihan-pilihan tadi sangat bisa jadi dapat mengorbankan identitas  pendidikan Islam itu sendiri sebagaimana telah terpatri dalam masyarakat. Di sini terjadi “ Perbenturan  antara “ Social expections “ dengan “ academic expectations”. Dan hal ini, terlihat khususnya di pesantren. Keterlibatan pesantren dalam program-program non-kependidikan seperti pengembangan pesantren sebagai pusat koperasi, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi pedesaan, pusat pengembangan pertanian dan peternakan, pusat penyelamatan lingkungan hidup, pusat pengembangan HAM dan demokrasi, dan sebagainya juga dapat mengaburkan identitas pesantren.
            Lebih jauh, paradigm baru pendidikan nasional juga sangat menekankan kenyataan bahwa lembaga-lembaga pendidikan Islam umumnya merupakan “ pendidikan berbasiskan masyarakat “selama berabad-abad. Pada satu segi, pengakuan ini merupakan perkembangan yang positif, khususnya menyangkut eksistensi pendidikan Islam itu sendiri. Tetapi pada segi lain, pengakuan itu secara implisit menuntut peran lebih besar masyarakat dalam pendidikan Islam. Masyarakat kini dituntut tidak hanya mendirikan bangunan fisik dan perangkat-perangkat pokok lembaga pendidikan Islam, tetapi lebih-lebih lagi dalam mengembangkannya menjadi pendidikan yang berkualitas untuk menyiapkan peserta didika yang memiliki setidaknya dasar-dasar keunggulan kompetitif tersebut. Di sini, masyarakat pendukung pendidikan Islam diharapkan dapat menyediakan berbagai prasarana dan sarana pendukung yang lebih memadai bagi terselenggaranya pendidikan yang mampu mendorong penanaman dasar-dasar keunggulan kompetitif tersebut.
            Ketiga, penguatan kelembagaan dan manajemen. Perubahan-perubahan kebijakan pendidikan nasional. Misalnya yang menekankan pada peran lembaga pendidikan Islam sebagai Community based education dan tantangan-tantangan global mengaharuskan lembaga pendidikan Islam untuk memperkuat dan memberdayakan kelembagaannya. Kelembagaan pendidikan Islam haruslah bertitiktolak pada prinsip-prinsip kemandirian (otonom), profesionalitas, akunbilitas dan kredibilitas.

D. Beberapa Trend Baru Pendidikan Islam
            Dewasa ini lembaga pendidikan Islam dihadapkan pada tantangan yang lebih jauh lebih kompleks. Disamping berusaha menciptakan Muslim yang memahami ilmu-ilmu keagamaan dan umum sekaligus, lembaga pendidikan Islam juga dihadapkan pada keharusan untuk turur serta dalam pembentukan system sosial-politik dan budaya Indonesia baru. Oleh karena itu, menjadi sangat signifikan untuk memahami bagaimana lembaga pendidikan Islam berkembang di tengah perubahan mendasar di tengah Muslim Indonesia.
            Tampilnya model sekolah Islam. Disatu pihak, sekolah Islam mewakili model pendidikan yang dulu dicitakan kaum Muslimin reformis semisal Muhammadiyah, yang menerapkan prinsip modernitas dalam system pembelajaran. Namun disisi lain, model sekolah Islam juga mengadopsi system asmara yang secara tradisional milik pesantren. Lebih dari itu, sekolah Islam tidak berafiliasi pada ormas-ormas Islam tertentu kuhsunya NU dan Muhammadiyah yang memiliki perhatian besar dalam penyelenggaraan pendidikan Islam.
            Disamping sekolah Islam, dunia pendidikan Islam Indonesia juga menyaksikan munculnya model baru pesantren yang di asosiasikan dengan gerakan salafi radikal.  Ini bisa dilihat pada dua pesantren berbeda dari pesantren pada umumnya. Kedua pesantren tersebut adalah Hidayatullah di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan Al-mukmin, di Ngruki, Solo, Jawa tengah.  Kedua pesantren tersebut dalam beberapa hal memiliki watak spesifik. Ini antara lain bisa dilihat dari ideologi pengajaran yang diberikan, yang memperlihatkan tingkat kedekatan yang tinggi dengan corak gerakan Islam salafi, yang saat ini memang tengah berkembang di sebagian kalangan Muslim Indonesia.

E. Rekonstruksi Pendidikan Moral di Era Global
            Suasana moral yang terdapat sekarang membuktikan, seluruh dunia menghadapi kekacauan moral, baik di dunia barat maupun dunia timur sampai ke berbagai pelosok desa. Situasi yang menyebabkan problematika manusia global semakin membengkak dan mengarah kepada selfishness (egoisme) dan the sense of purposelessness (tidak adanya tujuan hidup) manunjukkan kesadaran akan nilai-nilai hidup di dunia. Krisis moral yang melanda umat manusia akhir abad ke-20 memasuki millenium ke-3 di tandai oleh perubahan.
            Menurut Muhammad al-Ghazali, problem solving dari permasalahan moral umatt di era global harus dikembalikan pada fitrah manusia selaku hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Seluruh aktivitas manusia diarahkan pembentukannya kepada moralitas Ilahi. Hal ini dapat ditempuh dengan merenungkan kembali ikrar Syahadat yang telah diucapkan dengan cara pembentukkan ‘akidah yang murni. Untuk menerapkan akidah yang murni tersebut perlu menerapkan kurikulum pendidikan berbasis al-Qur’an yang dipadu dengan akal pemikiran, dua unsure ini saling terkait dan tak bisa dipisahkan. Kurikulum pendidikan yang diinginkan al-Ghazali ada dua; kurikulum pendidikan disekolah dan kurikulum pendidikan dirumah tangga. Orang tua berkewajiban penuh membimbing dan mengarahkan anaknya kepada pendidikan moral yang berlandaskan al-Qur’an dengan berbagai metode pendidikan ideal seperti metode pembiasaan, kisah-kisah qur’ani (nabawi) dan metode uswah al-hasanah, pendidikan moral yang disesuaikan dengan konteks, pemikiran pedoman dalam merekontruksi kembali konsep-konsep pendidikan moral yang selama ini belum terkuak secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

F. Peranan Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi
  Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk manusia / pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusai baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta. Dengan demikian pendidikan Islam itu berupaya mengembangkan individu sepenuhnya, Maka sudah sewajarnya untuk dapat memahami hakikat pendidikan islam itu bertolak dari pemahaman terhadap konsep manusia menurut Islam.
 Al-Qur’an meletakkan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah dibumi "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
            Esensi makna khalifah adalah orang yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin alam, dalam hal memelihara dan memanfaatkan alam guna mendatangkan kemaslahatan bagi manusia.

            Untuk terciptanya fungsi tersebut yang terintegrasi dalam diri pribadi muslim, maka diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif yang dapat mengantarkan pribadi muslim kepada tujuan akhir pendidikan yang ingin dicapai. Agar peserta didik dapat mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, maka diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif yang dapat mengantarkan pada tujuan tersebut.
Maka, permasalahan pokok yang sangat perlu mendapat perhatian adlaah penyusunan rancangan program pendidikan yang dijabarkan dengan kurikulum. Berpedoman pada lingkup pendidikan Islam yang ingin dicapai, maka kurikulum pendidikan Islam itu harus berorientasi pada, tercapainya tujuan hablum minallah, tercapainya tujuan hablum minannas,dan  terciptanya tujuan hablum minal’alam.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin. M. (1989), Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Bumi Aksara.
Burhanudin Jajat dan Afrianty Dina. (2006), Mencetak Muslim Modern. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Muhmidayeli. (2007), Membangun Paradigma Pendidikan Islam. Pekanbaru: Program Pascasarjana UIN Suska Riau.
Zuhairini, dkk. (2004), Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.