DAMPAK MODERNISASI DAN GLOBALISASI DAN PERAN ISLAM DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA.
A.
Kondisi Indonesia saat ini
Indonesia
di mata dunia masih sangat kurang berkembang. Walaupun dunia pendidikan
Indonesia sudah ada perubahan. Seperti alat-alat sekolah yang semakin beraneka
ragam kecanggihannya. Lalu, adanya pertukaran pelajar antar daerah ataupun
antar negara selain di bidang pendidikan, perubahan juga terjadi pada bidang
politik. Dahulu, Presiden dipilih oleh anggota DPR, tapi sekarang Presiden
dipilih langsung oleh rakyat. Modernisasi dan globalisasi membawa pengaruh juga
pada manusianya. Seperti cara berpakaian yang ke barat-baratan, lalu gaya hidup
Indonesia yang serba wah, serta terang-terangan dalam melakukan free sex yang
mengakibatkan cepat menularnya virus HIV/ AIDS.
B. Dampak Modernisasi dan Globalisasi di Indonesia
Modernisasi
adalah perubahan yang menunjukkan dari masyarakat tradisional ke masyarakat
yang modern. Sedangkan globalisasi adalah adanya peningkatan kualitas, baik
pada diri manusia atau kondisi yang sekarang ini. Dari adanya modernisasi, maka
mengakibatkan dampak-dampak yang secara positif maupun negatif.
Karena
masyarakat kota yang bersifat terbuka akan modernisasi dan globalisasi, maka
kemajuan di dunia pendidikanpun dapat kita rasakan. Karena di desa masih
sedikit akan adanya sekolahan. Maka orang desa, urban ke kota untuk bisa
merasakan pendidikan yang dikira cukup dan berstandart.
C. Pendidikan Islam Indonesia dan
Tantangan Globalisasi
Pembicaraan tentang tantangan agama
perguruan tinggi, pesantren, dan madrasah di era globalisasi harus dilihat
dalam konteks pendidikan Islam, dan bahkan pendidikan nasional secara
keseluruhan. Baik dalam perjalalan sejarah maupun dinamika pendidikan Islam
kontemporer, tantangan-tantangan nasional dan global yang dihadapi pendidikan
Islam semakin kompleks. Tantangan yang dihadapi pendidikan Islam seperti juga
pendidikan nasional tidak sekadar mentransmisikan berbagai pelajaran kepada
peserta didik, tetapi tak kurang pentingnya mengembangkan pendidikan Islam yang
lebih berkualitas bagi anak-anak bangsa, sehingga mereka dapat memiliki
keunggulan kompetitif di era Globalisasi kini dan mendatang.
Tantangan-tantangan dan
masalah-masalah internal pendidikan Islam pascamodernisasi dan tantangan
globalisasi pada hari ini dan masa
depan, secara umum adalah sebagai berikut:
Pertama,
jenis pendidikan yang dipilih dan dilaksanakan. Dengan terjadinya
perubahan-perubahan kebijakan dan politik pendidikan sejak 1970-an dan
peluang-peluang baru seperti diisyaratkan dalam paradigma baru pendidikan
nasional. Kini lembaga-lembaga
pendidikan Islam memiliki peluang dan sekaligus tantangan berkenaan dengan jenis pendidikan yang dapat dipilih dan
diselenggarakan.
Kedua, persoalan identitas diri
lembaga pendidikan Islam tertentu. Pada satu segi, pengakuan atas dan
penyetaraan pendidikan terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam telah membuka
berbagai peluang bagi penyelenggaraan berbagai jenis pendidikan Islam. Tetapi
pengambilan pilihan-pilihan tadi sangat bisa jadi dapat mengorbankan
identitas pendidikan Islam itu sendiri
sebagaimana telah terpatri dalam masyarakat. Di sini terjadi “ Perbenturan antara “ Social expections “ dengan “
academic expectations”. Dan hal ini, terlihat khususnya di pesantren.
Keterlibatan pesantren dalam program-program non-kependidikan seperti
pengembangan pesantren sebagai pusat koperasi, pusat pengembangan teknologi
tepat guna bagi pedesaan, pusat pengembangan pertanian dan peternakan, pusat
penyelamatan lingkungan hidup, pusat pengembangan HAM dan demokrasi, dan
sebagainya juga dapat mengaburkan identitas pesantren.
Lebih jauh, paradigm baru pendidikan
nasional juga sangat menekankan kenyataan bahwa lembaga-lembaga pendidikan
Islam umumnya merupakan “ pendidikan berbasiskan masyarakat “selama
berabad-abad. Pada satu segi, pengakuan ini merupakan perkembangan yang
positif, khususnya menyangkut eksistensi pendidikan Islam itu sendiri. Tetapi
pada segi lain, pengakuan itu secara implisit menuntut peran lebih besar
masyarakat dalam pendidikan Islam. Masyarakat kini dituntut tidak hanya
mendirikan bangunan fisik dan perangkat-perangkat pokok lembaga pendidikan Islam,
tetapi lebih-lebih lagi dalam mengembangkannya menjadi pendidikan yang
berkualitas untuk menyiapkan peserta didika yang memiliki setidaknya
dasar-dasar keunggulan kompetitif tersebut. Di sini, masyarakat pendukung
pendidikan Islam diharapkan dapat menyediakan berbagai prasarana dan sarana
pendukung yang lebih memadai bagi terselenggaranya pendidikan yang mampu
mendorong penanaman dasar-dasar keunggulan kompetitif tersebut.
Ketiga, penguatan kelembagaan dan
manajemen. Perubahan-perubahan kebijakan pendidikan nasional. Misalnya yang
menekankan pada peran lembaga pendidikan Islam sebagai Community based
education dan tantangan-tantangan global mengaharuskan lembaga pendidikan Islam
untuk memperkuat dan memberdayakan kelembagaannya. Kelembagaan pendidikan Islam
haruslah bertitiktolak pada prinsip-prinsip kemandirian (otonom),
profesionalitas, akunbilitas dan kredibilitas.
D. Beberapa Trend Baru Pendidikan
Islam
Dewasa ini lembaga pendidikan Islam
dihadapkan pada tantangan yang lebih jauh lebih kompleks. Disamping berusaha
menciptakan Muslim yang memahami ilmu-ilmu keagamaan dan umum sekaligus,
lembaga pendidikan Islam juga dihadapkan pada keharusan untuk turur serta dalam
pembentukan system sosial-politik dan budaya Indonesia baru. Oleh karena itu,
menjadi sangat signifikan untuk memahami bagaimana lembaga pendidikan Islam
berkembang di tengah perubahan mendasar di tengah Muslim Indonesia.
Tampilnya model sekolah Islam.
Disatu pihak, sekolah Islam mewakili model pendidikan yang dulu dicitakan kaum
Muslimin reformis semisal Muhammadiyah, yang menerapkan prinsip modernitas
dalam system pembelajaran. Namun disisi lain, model sekolah Islam juga
mengadopsi system asmara yang secara tradisional milik pesantren. Lebih dari
itu, sekolah Islam tidak berafiliasi pada ormas-ormas Islam tertentu kuhsunya
NU dan Muhammadiyah yang memiliki perhatian besar dalam penyelenggaraan
pendidikan Islam.
Disamping sekolah Islam, dunia
pendidikan Islam Indonesia juga menyaksikan munculnya model baru pesantren yang
di asosiasikan dengan gerakan salafi radikal.
Ini bisa dilihat pada dua pesantren berbeda dari pesantren pada umumnya.
Kedua pesantren tersebut adalah Hidayatullah di Balikpapan, Kalimantan Timur,
dan Al-mukmin, di Ngruki, Solo, Jawa tengah.
Kedua pesantren tersebut dalam beberapa hal memiliki watak spesifik. Ini
antara lain bisa dilihat dari ideologi pengajaran yang diberikan, yang
memperlihatkan tingkat kedekatan yang tinggi dengan corak gerakan Islam salafi,
yang saat ini memang tengah berkembang di sebagian kalangan Muslim Indonesia.
E.
Rekonstruksi Pendidikan Moral di Era
Global
Suasana moral yang terdapat sekarang
membuktikan, seluruh dunia menghadapi kekacauan moral, baik di dunia barat
maupun dunia timur sampai ke berbagai pelosok desa. Situasi yang menyebabkan
problematika manusia global semakin membengkak dan mengarah kepada selfishness
(egoisme) dan the sense of purposelessness (tidak adanya tujuan hidup)
manunjukkan kesadaran akan nilai-nilai hidup di dunia. Krisis moral yang
melanda umat manusia akhir abad ke-20 memasuki millenium ke-3 di tandai oleh
perubahan.
Menurut Muhammad al-Ghazali, problem
solving dari permasalahan moral umatt di era global harus dikembalikan pada
fitrah manusia selaku hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Seluruh aktivitas
manusia diarahkan pembentukannya kepada moralitas Ilahi. Hal ini dapat ditempuh
dengan merenungkan kembali ikrar Syahadat yang telah diucapkan dengan cara
pembentukkan ‘akidah yang murni. Untuk menerapkan akidah yang murni tersebut
perlu menerapkan kurikulum pendidikan berbasis al-Qur’an yang dipadu dengan
akal pemikiran, dua unsure ini saling terkait dan tak bisa dipisahkan.
Kurikulum pendidikan yang diinginkan al-Ghazali ada dua; kurikulum pendidikan
disekolah dan kurikulum pendidikan dirumah tangga. Orang tua berkewajiban penuh
membimbing dan mengarahkan anaknya kepada pendidikan moral yang berlandaskan
al-Qur’an dengan berbagai metode pendidikan ideal seperti metode pembiasaan,
kisah-kisah qur’ani (nabawi) dan metode uswah al-hasanah, pendidikan moral yang
disesuaikan dengan konteks, pemikiran pedoman dalam merekontruksi kembali
konsep-konsep pendidikan moral yang selama ini belum terkuak secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
F.
Peranan Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
manusia / pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusai baik
yang berbentuk jasmani maupun rohani. Menumbuh suburkan hubungan harmonis
setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta. Dengan demikian
pendidikan Islam itu berupaya mengembangkan individu sepenuhnya, Maka sudah
sewajarnya untuk dapat memahami hakikat pendidikan islam itu bertolak dari
pemahaman terhadap konsep manusia menurut Islam.
Al-Qur’an meletakkan kedudukan manusia sebagai
khalifah Allah dibumi "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para
Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."
Esensi makna khalifah adalah orang
yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin alam, dalam hal memelihara dan
memanfaatkan alam guna mendatangkan kemaslahatan bagi manusia.
Untuk terciptanya fungsi tersebut yang terintegrasi dalam diri pribadi muslim, maka diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif yang dapat mengantarkan pribadi muslim kepada tujuan akhir pendidikan yang ingin dicapai. Agar peserta didik dapat mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, maka diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif yang dapat mengantarkan pada tujuan tersebut.
Untuk terciptanya fungsi tersebut yang terintegrasi dalam diri pribadi muslim, maka diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif yang dapat mengantarkan pribadi muslim kepada tujuan akhir pendidikan yang ingin dicapai. Agar peserta didik dapat mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, maka diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif yang dapat mengantarkan pada tujuan tersebut.
Maka, permasalahan pokok yang sangat
perlu mendapat perhatian adlaah penyusunan rancangan program pendidikan yang
dijabarkan dengan kurikulum. Berpedoman pada lingkup pendidikan Islam yang
ingin dicapai, maka kurikulum pendidikan Islam itu harus berorientasi pada, tercapainya
tujuan hablum minallah, tercapainya tujuan hablum minannas,dan terciptanya tujuan hablum minal’alam.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. M. (1989), Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Bumi
Aksara.
Burhanudin
Jajat dan Afrianty Dina. (2006), Mencetak
Muslim Modern. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Muhmidayeli.
(2007), Membangun Paradigma Pendidikan
Islam. Pekanbaru: Program Pascasarjana UIN Suska Riau.
Zuhairini,
dkk. (2004), Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Bumi Aksara.